Senin, 06 Desember 2010

Ketika Teguran Itu Datang

Ya Rabb, hamba mengakui banyak kesalahan
Selalu bergumul dengan dosa, hingga
Tak sanggup untuk menghitung, hanya
Engkaulah ya Rabb, yang maha tahu.

Segala perintahMu banyak yang terlewat,
Kesibukan-kesibukan yang membuat tak produktif
Manajemen versi akal terlalu mendominasiku
Nyaris membuang nilai-nilai manajemen yang Engkau titahkan

Ketika di tepi siang tadi,
Semakin banyak kegagalan semakin ku tersadar,
Aku malu, sungguh.

Semakin kukejar segala obsesi, semakin jauh berlari
Ketika setengah kekuatan masih tersisa,
Ingin kuteruskan pelarian itu,
Sekali lagi....
PanggilanMU menyadarkanku....

Hamba penuh dengan segala keterbatasan.
Rekayasa yang dirancang taklah mungkin
Mengalahkan rekayasa yang dibuatMU, yaa Rabb

Aku tersadar,
Istighfar menggedor dinding qalbuku

Kuserahkan semua,
Kuserahkan segala rekayasuku
PadaMU ya.... Rabb Yang Maha Kuasa
Dengan KuasaMU jua rekayasaku bisa tercapai

Serang, Malam 1 Muharram 1413 H

Kamis, 04 November 2010

Raih Sukses dengan Sabar dan Optimis

Sabar dan optimislah. Ya, hanya itulah sebuah kata yang selalu meluncur, ketika kita dihadapkan pada sebuah musibah dan cobaan kehidupan. Tanpa kesabaran, yang bermuara pada sebuah sikap optimis, hidup kita nyaris tanpa sebuah kendali, bahkan boleh jadi tak sadar diri. Ujungnya bisa kita raba sendiri. Kemana muara ketika kita kehilangan sikap sabar dan optimisme.

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, bagi mereka yang selalu bergumul dengan persoalan-persoalan motivasi, tentu sudah tak asing lagi. Kecerdasan emosional sendiri, tak lebih bagaimana seseorang secara individual mampu untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Sementara kecerdasan spiritual akan lebih banyak berhubungan dengan persoalan keyakinan (keimanan, red) seorang individu akan hakekat Tuhan. Kecerdasan spiritual berkait erat dengan kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia, yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta.

Mengelola kesabaran dan menumbuhkan rasa optimisme, memang tidak setiap individu manusia, mulus melakoninya. Tidak jarang kita mendengar ungkapan, “sudah hilang rasa kesabaranku”. Sebagai orang yang mengakui adanya sebuah Dzat Yang Maha Besar, sebuah kekuatan penggerak kehidupan dan semesta, tentu kita merasa prihatin bila mendengar ungkapan seperti itu. Atau pula kita pernah mendengar ungkapan, “kesabaran ada batasnya”. Tentu pula, kalau kita mau renungkan, kita hanya turut prihatin.

Menyoal ‘rentang waktu’ sabar, jelas berkait dengan persoalan kadar keimana kita terhadap Allah. Bila kita mau merenungkan dengan segala kerendahan hati, segala apa kegagalan dan kesuksesan dalam menjalani ujian kehidupan, tersimpan sebuah hikmah yang sangat luar biasa. Bahkan, terkadang sering tidak kita sadari hikmah tersebut. Kegagalan dalam ‘proses kehidupan’ boleh jadi ada sebuah maksud dari Allah. Bisa saja ketika kita mendapat sukses, itu bakal menjadi kesombongan (ujub) yang melanda jiwa kita.

Menyimak kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Zakaria, kita bisa melihat, bagaimana kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Zakaria dalam memohon kepada Allah dalam menanti kehadiran buah hati. Hingga usia tua mereka sabar dan berdoa, Allah akhirnya memberikan apa yang mereka inginkan. Kesabaran dan kesalehan orangtua menular kepada anak-anaknya. Dari rahim istri kedua Nabi tersebut, lahirlah Nabi Ishaq dan Nabi Yahya. Nabi Ibrahim berkata, berputus asa dari rahmat Allah hanya ada pada diri orang-orang kafir.

Apa yang terjadi pada istri Nabi Ibrahim dan Nabi Zakaria sulit diterima oleh akal, tetapi apa yang Allah inginkan sangat mudah ia wujudkan. Tidak ada yang menghalangi kebesaran dan kekuasaan-Nya meskipun seluruh makhluk-Nya mencegahnya. Itulah kehendak Allah terjadi berkat kesabaran kedua Nabi tersebut. Keyakinan mereka begitu kuat, ibarat karang di tengah lautan meskipun diterpa ombak yang dahsyat, mereka tidak bergeming dan ingin berpindah pada wujud keyakinan lain. Bagaimana mungkin Dia melupakan mereka, sedang Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar. Bagaimana mungkin Dia dapat dikalahkan, sedang Dia Maha Perkasa lagi Maha Gagah.

Sikap sabar ini pula, bila kita mampu melakoninya, menumbuhkan kadar optimisme dalam menghadapi ujian hidup yang semakin berat. Di saat iklim kompetisi, di segala bidang kehidupan yang luar biasa ketat. Kuncinya tentu kita kembali pada bagaimana kita cerdas dalam mengelola sikap sabar. Dengan sikap sabar dalam menghadapi setiap ujian kehidupan, dan tetap menumbuhkan sikap optimis, tidak jarang melahirkan tokoh-tokoh sukses.

Tidak sedikit mereka yang sukses, bermula dari beberapa kegagalan yang mereka hadapi. Ketika dihadapkan pada masalah yang berat sekalipun, kebanyakan mereka, tetap sabar dan bersikap optimis dalam menyiasati berbagai masalah hingga menggapai sukses. Wallahu a’lam.

Rabu, 04 Agustus 2010

Wirausaha Sebuah Jalan Hidup

Merintis sebuah usaha memang tidak mudah. Selain dukungan 'modal' yang cukup, kesiapan sikap mental individu calon wirusahawan juga menjadi penting. Banyak memang, peluang usaha yang kita lewatkan begitu saja. Kenapa? Ya, bisa jadi karena kita belum tertarik dengan dunia wirausaha.

Senin, 03 Mei 2010

Raup 2,5 Juta per Bulan dari Jamur Tiram

Saat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) menimbulkan banyak pengangguran baru, sekelompok pemuda di Lebak justru semakin giat membudidayakan komoditas jamur. Mereka “menyulap” tumbuhan hutan yang biasanya dianggap tak berharga, menjadi sebuah komoditas dengan nilai ekonomis tinggi.