Kamis, 12 Desember 2019

Catatan sang Lelaki

Sepagi itu, sang lelaki bergegas dengan harapan bisa menemui orang penting yang bisa diajak diskusi ringan, menyoal masalah kehidupan.

Seusai menghabiskan Nescafe dan sebatang sigaret, lelaki itu memacu sedan bekas, rakitan tahun 2010. Layaknya ABG, salip kiri dan kanan di jalanan.

Setengah perjalanan terlewati. Lelaki itu pun menepi dan meraih smartphone jadul. Seseorang pun dihubungi.

Senyum kecil tersimpul, orang penting yang dituju, rupanya punya agenda lebih penting. 

Sang lelaki itu, akhirnya melanjutkan perjalanan, menuju lokasi pusat penentuan segala yang menjadi harapan orang kebanyakan.

Setiba di kawasan yang jadi tujuan, lelaki itu, kembali menghubungi orang penting tadi. Ia meminta izin menghubungi bawahannya.

Setiba di sebuah gedung, tempat diskusi dan adu gengsi, si lelaki tadi, langsung menuju sebuah ruangan. Bak detektif ingusan, si lelaki langsung nyelonong, membuat sedikit kaget yang terduduk di sebuah sofa.

Dengan laga yang cuek, si lelaki itu mengintip sebuah ruang yang hanya berpintukan mirip-mirip gorden.

Setelah yakin yang dituju ada, kembali ia duduk. Dan mengucapkan salam dengan suara yang aga keras, membuat mereka yang sedang cekikikan di ruangan itu terhenti.

Selang beberapa menit, Karena yang di ruangan tak ada yang keluar, lelaki tadi memanggil sebuah nama. Dan.... Akhirnya yang dipanggil keluar menemui.

Sambil menenteng tas, yang dipanggil tadi langsung bicara, bila ia baru saja pulang dari sebuah daerah, menemani orang-orang penting.

Belum kelar pembahasan, sekedar baru basa-basi sambil menikmati kopi di gelas plastik, tetiba orang yang berhadapan dengan si lelaki itu, seperti menerima telepon. Tak lama berselang ia pun ngeloyor.

Lelaki tadi, kembali tersenyum. Dalam hatinya ia hanya bergumam, inilah sebuah realita kehidupan.

Serang, Jum'at, 13/12/2019