Minggu, 26 Juli 2009

Ketika Pemulung Menjadi Inspirasiku

Siang itu, saya lagi sendirian di basecamp. Kawan-kawan yang biasa ngumpul belum juga datang. Padahal, jam dinding sudah menunjukkan pukul 12.00. Sambil menunggu kedatangan kawan-kawan, untuk mendisukusikan sebuah masalah, tiba-tiba saya melihat seorang pemulung.


Secara refleks kupanggil. Si pemulung itu pun menghampiriku. Sebelum dia nanya, kutanya duluan. "Mamang, nyari barang bekas,"

Ia pun mengangguk. "oke, saya punya simpanan plastik bekas air mineral. Kalau anda mau ambil saja," tawarku kepadanya.

Tanpa pikir panjang, ia pun bergegas ke halaman belakang base camp. dipungutinya beberapa gelas dan botol plastik yang sudah lama saya kumpulkan.

Sekilas kulihat raut mukanya begitu gembira. Menurut pengakuannya, seharian ia berkeliling belum tentu dapat barang bekas sekarung gede. Sebuah hal yang wajar, manakala siang itu ia kelihatan begitu gembira.

Selesai mengemas bawaannya, ia pamitan dan mengucapkan terimakasih.

***

Selepas kepergian si Pemulung, aku tertegun sendirian di sofa yang kulitnya sudah mulai kumal termakan waktu, dan saking seringnya diduduki dan ditiduri kawan-kawan bila harus menginap di Base Camp.

Aku mengucapkan syukur kepada Allah, dan aku malu sekali. Hanya itulah yang bisa kusumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Barang bekas lagi.

Lantas aku pun berfikir, bila saja diantara kita mau mengumpulkan barang-barang bekas yang sudah kita anggap sampah dan kita berikan kepada yang membutuhkan, sungguh sebuah upaya mulia. Apalagi sampah plastik. bila kita buang sembarangan, akan menjadi limbah yang merugikan lingkungan. Karena plastik sangat sulit untuk lapuk dan cenderung mengurangi kesuburan tanah.

Kembali ke persoalan si Pemulung. Akibat kehadirannya siang itu, menyadarkan diriku, yang selalu saja mengulur-ulur waktu. Ia ternyata mempunyai target untuk terus bergerak, mencari limbah-limbah plastik dan apa saja yang menurutnya laku untuk dijual kembali. Mungkin diantara kita ada yang merasa jijik dan sinis melihatnya. Namun bagiku, ia merupakan sebuah ayat-ayat Allah yang nyata. Bahwa, sebagian rezeki yang kita terima ada haq orang lain. Dari rezeki yang kita dapat, semestinya bisa berbagi dengan sesama.

Si Pemulung, telah memberikan pelajaran kepada saya. Hidup kita harus dipenuhi dengan semangat dan kerja keras. Tanpa itu, hidup kita hanya sia-sia. Rezeki merupaka anugerah ALLAH yang harus kita cari.

Ya Allah....Semoga Engkau Mengampuni HambaMU yang selalu lali dari MengingatMU.

4 komentar:

adfa mengatakan...

Penetrasi kejiwaan yg cukup nembus relung kalbu. Aku jadi ingat juga masa SMA ktk harus bolak-balik ke kota batik, siang itu ketemu kakek tua yg tubuhnya masih gagah dgn baju safari kumal serta jahitan panjang di ketiaknya.20 km berdiri didekatnya memberi banyak pelajaran ttg hidup.

AnugerahG mengatakan...

Inspirasi yang luar biasa MAs...

Kira kira punya ide cara membantu orang-orang seperti itu dengan lebih leluasa lagi..

Trims.

yaya mengatakan...

Inspirasi yang mulia mas,,!!!

saya berdoa,,

semoga mas bisa menjadi contoh buat semua kalangan terutama kalangan Elite,,,

TAVIP PAMUNGKAS mengatakan...

Subhanallah sungguh suatu anugrah yang luar biasa hanya dengan seorang manusia pemulung dan plastik2 sampah ternyata disana terbentang ayat2 Allah yang mulia, besar makna yang tersembunyi di dalamnya .... semoga kita dapat mengambil pelajaran atas spenggal cerita ini dan mau berbagi... amin3x